Zaman dahulu ada sebuah keluarga yang hidupnya susah. Keluarga ini mempunyai 7 anak laki-laki. 6 dari 7 anaknya ini merupakan anak yang rajin. Semua orang di desanya senang melihat mereka. Tapi, anaknya yang paling bungsu merupakan anak yang nakal, jelek, dan pemalas. Semua warga tidak menyenangi anak yang paling bungsu. Oleh saudaranya, si bungsu dijuluki Lanang Penyungkan
Suatu hari, seperti biasa bapak dan ibunya pergi ke sawah. 6 anak laki-lakinya ikut semua. Tapi, anak yang paling bungsu tidak pernah ikut setiap kali diajak. Ketika bapaknya mengajak si bungsu pergi si bapak dimarahi olehnya.
Kemudian pergilah orang tuanya beserta saudara-saudaranya ke sawah. Di sawah, saudara-saudaranya teringat kata-kata si bungsu. Kemudian saudara-saudaranya merencanakan sesuatu untuk mencelakakan si bungsu. Mereka ingin menghanyutkan si bungsu ke aliran sungai Musi. Pulanglah mereka kerumah. Di rumah, mereka tambah tidak senang melihat si bungsu karena si bungsu seolah menari-nari di atas penderitaan keluarganya. Si bungsu sedang tertidur lelap sedangkan orang tuanya banting tulang di sawah. Dengan segera, saudaranya membuat sebuah rakit. Tidak lama berselang terbuatlah sebuah rakit. Dihanyutkanlah si bungsu ke aliran sungai Musi. Si bungsu tidak sadar kalau dia telah hanyut. Dengan perasaan sedih bercampur kesal saudara-saudara bertembang,
Bebuah kau kesek
Dak bebuah labu parang
Aman masih betuah, masih balek
Aman dak betuah ilang di jalan
Saudara-saudaranya terus bertembang sampai si bungsu tidak terlihat lagi. Sampai sore hari, rakit si bungsu itu tersangkut di sebuah batang kayu besar bernama Kayu Bayur. Si bungsu terbangun dari tidurnya. Ia terkejut melihat ia tidak berada lagi di rumahnya. Dengan cepat ia naik ke atas batang bayur. Ia duduk termenung dan bertembang,
Batang bayur di sungai Musi
Jadi saksi edop ku ini
Batang bayur di sungai Musi
Alangke malang naseb ku ini
Tidak ada orang yang peduli dengan keadannya. Bertambah sedih hati si bungsu. Bertembang lagi dia.
Batang bayur di sungai Musi
Jadi saksi edop ku ini
Batang bayur di sungai Musi
Alangke malang naseb ku ini
Sadarlah si bungsu bahwa yang dilakukan selama ini salah.Akhirnya ia naik ke tebing. Di atas si bungsu berusaha keras banting tulang. Berkat kerja kerasnya ia dapat membangun sebuah rumah. Rumahnya besar. Di dalam rumah ini banyak terdapat barang berharga. Percaya atau tidak barang siapa mencuri barang tersebut niscaya ia akan gila sampai ia mengembalikan barang tersebut. Sampai sekarang rumah tersebut dinamakan Rumah Lame oleh penduduk sekitar. Rumah Lame masih dijaga dan di lestarikan sebagai peninggalan legenda.
Diceritakan oleh Dyan Rachmatullah
Cerita ini bersumber dari Desa Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar