Sabtu, 07 November 2009

Cerita Rakyat Palembang : Legenda Pulau Kemarau


Cerita ini terjadi di Palembang semasa kejayaan kerajaan sriwijaya. Kisai berbau romantis ditaburi kesedihan yang mendalam. Pulau Kemaro mengandung arti pulau yang tidak pernah digenangi air walau volume sungai musi sedang pasang. Letaknya sekitar 5 km dari Benteng Kuto Besak. Bentuknya mirip seperti kapal. Sebagian tokoh mengatakan bahwa itu memang kapal Tan Bun An yang ditinggal majikannya.

Ya, Tan Bun An datang ke Palembang (Pa Lie Bang) untuk melamar gadis pujaannya, anak bangsawan terkenal bernama Siti Fatimah. Ayah Siti Fatimah adalah seorang raja yg taat kepada agamanya. Entah bagaimana cerita aslinya hingga, akhirnya sang ayah mengajukan syarat lamaran berupa SEMBILAN guci besar berisi emas

Keluarga Tan Bun An memutuskan untuk menutupi emas-emas tersebut demi menghindari bahaya perompak yang sangat banyak di perairan sungai musi . Emas-emas ini ditutupi oleh sayur mayur. Sesampainya kapal itu di Palembang, Tan Bun An langsung memeriksanya dan betapa marahnya ia ketika ia melihat guci-guci itu berisi sayuran. Tan Bun An yang marah, lalu langsung membuang guci-guci itu kedalam sungai musi. Setelah mengetahui bahwa emas itu ada didalam guci tersebut, Tan Bun An menyesal dan langsung menceburkan diri ke sungai musi untuk mengambil emas tersebut. Siti Fatimah yang melihatnya pun turut serta. Sebelum menceburkan diri ke sungai tersebut, Siti Fatimah sempat berkata

"Jika suatu saat ada tanah yang muncul di tepian sungai ini, maka itulah kuburan saya"

Akhirnya.. pluuung... hilanglah dua sejoli itu dalam tenangnya aliran sungai Musi tersebut. Ada versi mengatakan, kedua mayatnya ditemukan dan dikuburkan ditepian sungai. Dan kedua orang tuanya bertemu dan saling berpelukan. Sebenarnya baik Tan Bun An maupun Siti Fatimah tidak jua ditemukan, berikut emas-emasnya yg segambreng itu.

Sampai sekarang orang-orang berusaha untuk mencari keberadaan emas-emas tersebut. Kisahnya benar-benar sedih, tp kl Na yg cerita kynya feel-nya ga dapet deh. Namun dari sinilah persaudaraan terbentuk. Tanah yang mirip kapal di tepian sungai musi memang ada. Diatasnya terdapat sebuah kuil yang sangat megah (saat ini masih dalam tahap pengembangan). Dan setiap Cap Go Meh, orang-orang china yg merayakannya pasti berdatangan ke pulau ini.

Hebatnya lagi, disebelah kuil ini akan dibangun sebuah masjid sebagai bentuk penghormatan kepada Siti Fatimah. Di pulau ini terdapat beberapa rumah penduduk, yang sebagian besar beragama muslim. Sehari-hari mereka bekerja sebagai nelayan dan membersihkan kuil ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar